Keadaan Alam dan Manusia di Perbatasan Krayan

Krayan, Dataran Tinggi Borneo, Sabah, Malaysia

 

Dr. Yansen TP (kiri), Wagub Kaltara dan kami di berjalan di jalan lingkar Krayan.

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang tempat dan hubungan antara manusia dan lingkungannya.

Dari memahami sifat atau ciri dasar suatu geografi, kita dapat mengeksplorasi dengan baik baik sifat fisik permukaan bumi dan masyarakat manusia yang tersebar sebagai penghuninya.

Geografi berusaha untuk memahami di mana segala sesuatu ditemukan, mengapa hal itu berada di sana, dan bagaimana segala sesuatu itu berkembang dan berubah dari waktu ke waktu.

Dengan demikian, geografi dapat membantu memahami suatu suku bangsa.

Memang tempat tidak menentukan manusia. Namun, tempat mempengaruhi cara berada, tindak tanduk, serta cara cara berkomunikasi manusia penghuni geografi tersebut. Baca: https://www.bordernews.id/2023/04/adalah-cristina-eghenter-seorang-pegiat.html

Sedemikian rupa, sehingga pada awal buku ini mau tidak mau Pembaca diajak terlebih dahulu mengenal geografi sebagai lokus bermukim, hidup, dan berada manusia Sungai Krayan.

Krayan bisa jadi nama yang asing bagi sebagian orang. Akan tetapi, sebagian orang lagi cukup mengenal bumi yang terbentang luas di dataran tinggi Borneo itu.

Pada masa Konfrontasi dengan Malaysia (1963­-1966), wilayah Krayan menjadi basis tentara terkait  PGRS/Paraku. Masyarakat Krayan menjadi bagian dari sejarah Konfrontasi, sehubungan dengan ketidaksetujuan Pemerintah Indonesia yang menolak pembentukan Federasi Malaysia yang didukung penuh oleh Inggris, yang dikenal sebagai peristiwa “Ganyang Malaysia”. Baca https://www.bordernews.id/2023/02/utang-negara-pada-perbatasan-cuitan-dan.html

Maka tak syak lagi. Manusia penghuni Sungai Krayan adalah garda terdepan penjaga kedaulatan dan kehormatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya bertemu dengan setidaknya 5 veteran perang, para penjaga perbatasan ketika itu. Dipikir-pikir: totalitas mereka untuk negara-bangsa Indonesia, luar biasa. Sungguh negara berutang pada manusia perbatasan. Pada tulisan tersendiri, hal itu akan dinarasikan nanti.

Praktis tidak banyak orang mengetahui bumi Krayan karena sejak Indonesia merdeka hingga dirintisnya jalan darat yang menghubungkan Malinau – Ba’ Binuang dan jalan lingkar Krayan hingga Lawas, Malaysia, wilayah ini boleh dikatakan terisolasi.

Pembangunan jalan darat telah dimulai sejak era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ketika itu sudah tembus melintasi Belantara dan kini masih terus dilanjutkan. 

Geografi dapat membantu memahami suatu suku bangsa. Memang tempat tidak menentukan manusia, namun tempat mempengaruhi cara berada, tindak tanduk, serta cara cara berkomunikasi manusia penghuni geografi tersebut.

Pembangunan infrastruktur jalan ini membuka isolasi wilayah perbatasan yang selama ini hanya dapat dicapai melalui transportasi udara.

Jalan darat yang menghubungkan wilayah Krayan ke dunia luar dan sebaliknya.

Penampakan jalan darat yang menghubungkan Malinau – Ba’ Binuang sekitar 200 km. Meski belum sempurna, namun keberadaan jalan darat ini telah membuka isolasi yang tembus memintas jalan lingkar Krayan hingga wilayah perbatasan dengan Malaysia. 

Wilayah Krayan membentang cukup luas dari hulu sungai Krayan yang dalam bahasa setempat disebut puneng bude’ di Kecamatan Krayan Selatan yang bermuara di Sungai Mentarang, Kabupaten Malinau.

Memahami asal usul, adat, budaya, serta kekhasan manusia Sungai Krayan dapat dikatakan telah mewakili keberadaan wilayah Dataran Tinggi Borneo.

Krayan adalah sepotong Firdaus yang jatuh ke bumi. Ia berada di dataran tinggi, the heart of Borneo. Dengan ketinggian 900-1.400 DPL, kondisi alamnya masih asri. Sekitar 90 persen dalam keadaan hijau permai. Terbentang luas sejauh mata memandang sebagai zamrud ratna mutu manikam.

Tak pernah saya memandang nuansa alam seperti ini! Dalam hati, terbetik bagaimana alam ini diciptakan. Pasti sembari tersenyum Tuhan memberi sepotong kawasan ini untuk orang-orang baik yang terberkati.

Sungai Krayan dan penampakan dari atas Dataran Tinggi Borneo di Ba’ Binuang dan di sedikit ke hulu (Tang Paye). Pada jembatan penyeberangan. Berayun-ayun di atas gantungan papan yang tersusun, sedemikian rupa, di atas kawat besi baja.

Sungai Krayan dapat dikatakan salah satu sungai terunik yang mengalir di bentangan kepulauan Borneo. Dikatakan “unik” karena sungai ini memiliki banyak giram, sehingga tidak dapat dilalui sebagai sarana transportasi dari muara hingga hulu seperti sungai sungai lainnya di Kalimantan.

Hal ini mungkin disebabkan posisi air mengalir dari ketinggian melintasi celah-celah antara gunung-gunung yang mengitarinya dan yang kondisinya cukup terjal.

Sedikit catatan tambahan tentang giram-giram di sungai Krayan ini. Giram adalah riam berupa aliran air yang deras di sungai (dalam Bahasa Dayak Lundayeh “Paro”); hampir seperti air terjun, namun lebih rendah.

Batuan dan cadas keras sekali membentang di sepanjang giram, sehingga permukaan air rendah sekali di tempat itu. Adapun aliran airnya deras mengalir lancar tanpa hambatan dari arah hulu yang tinggi, sehingga tidak mudah untuk menyeberanginya atau sangat musykil untuk dilalui dengan perahu atau motor air.

Jika pun bisa maka barang dan manusia diturunkan dari darat lebih dahulu, lalu hanya badan perahu motor saja yang ditarik dengan tenaga manusia melewati celah bebatuan yang terhampar sepanjang Sungai.

Hal ini tentu tidak mungkin, karena alur dengan kondisi seperti itu sangat Panjang.  Jika musim kemarau, bahkan tampak batu batu dan cadas timbul di permukaan air. Kondisi seperti itu membuat sungai Krayan pada bagian tertentu tidak dapat untuk dilayari sebagai sarana transportasi sungai.

Hal yang berbeda dengan sungai sungai lainnya di Kalimantan, sebut misalnya sungai yang lainnya di Kalimantan Utara, seperti Sungai Kayan, Sungai Bahau, Sungai Mentarang, Sungai Malinau, Sungai Pujungan. Sungai  Sekayam di Kalimantan Barat dan Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah juga demikian, yang menjadi urat nadi perhubungan sungai di masanya, dan masih hingga pada waktu ini.

Apa konsekuensi sealir sungai, seperti Krayan, yang memiliki banyak giram dan tidak dapat menjadi sarana transportasi sungai?

Giram adalah riam berupa aliran air yang deras di sungai (dalam Bahasa Dayak Lundayeh “Paro”); hampir seperti air terjun, namun lebih rendah. Kondisi ini yang memungkinkan manusia Sungai Krayan masih asli, autokton, tidak tersentuh dan dipengaruhi dunia luar.

Sudah tentu bahwa wilayah tersebut menjadi sulit untuk dijangkau dan hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki. Diperlukan waktu berhari hari, berminggu minggu, bahkan berbulan bulan untuk bisa mencapai suatu lokasi.

Sekarang, setelah dibangunnya jalan lingkar Krayan, isolasi sudah terbuka. Namun hal lain yang merupakan sesuatu yang menjadi daya tarik bagi Krayan keunikan alamnya, selain karena keasrian dan keaslian alamnya yang masih dapat disaksikan hampir  diseluruh wilayah Krayan.

Daerah Krayan juga memiliki ragam keunikan terutama Iklimnya yang dingin dan sejuk. Ditambah Panorama alamnya yang indah menawan, karena berada di ketinggian, dengan Pegunungan yang berjejer-jejer membentuk ketinggian yang variatif, puncaknya dihiasi oleh awan-awan putih, semakin menambah keindahan alamnya Krayan. 

Tidak hanya alamnya yang indah, namun keaneka ragaman hayati flora dan fauna juga ada di dalam hutannya, sehingga membentuk satu kesatuan wilayah dan segala spesis yang tumbuh dan berdiam di Kawasan ini, menjadi satu kekuatan yang sangat kuat.

Sedemikian rupa, sehingga  kiranya kita tidak melihat keadaan Krayan dengan kondisi pada masa sekarang ini. Daerah ini dapat dikatakan sebuah aseet yang tidak ternilai karena bisa menjadi potensi dan kekuatan pembangunan di masa yang akan datang.

Jika kita berpikir dan merenungkan kondisi dari zaman yang lampau ketika jalan darat yang menghubungkan antar­desa dan antar­kecamatan di Krayan belum ada, namun telah bergenerasi orang mampu hidup bertahan dan eksis di daerah ini.

Hanya segelintir saja orang luar yang mampu datang ke bumi Krayan, sehingga keaslian penduduk lokal dan interaksi sosial mereka praktis hanya terjadi di antara sesama mereka saja.

Hal inilah yang menjadi keunikan, sekaligus penciri utama, Sungai Krayan. Oleh karena tidak dapat dilayari dari muara hingga hulu, sehingga dinamika sosial masyarakat tidak terjadi cepat seperti di aliran sungai lain di Kalimantan sebagaimana yang telah disebutkan.

sumber peta: slide­share.net. 

Secara geografis, Krayan mencakup 5 Kecamatan yakni Krayan Darat, Krayan Barat, Krayan Tengah, Krayan Timur, dan Krayan Selatan.

Wilayah Kecamatan ini juga secara langsung merupakan cakupan wilayah Kepala Adat Besar yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Pemerintahan Desa terdiri dari 89 Desa yang dikelompokkan ke dalam 24 lokasi desa.*)

 

LihatTutupKomentar
Cancel