Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong dan Tebedu: Satu Borneo Beda Negara dan Suasana

 

Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong dan Tebedu
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong dan Tebedu.

BORDER NEWS : Suasana kontras diperlihatkan pembangunan infrastruktur di batas negara. Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong sungguh megah. Itulah cerminan, wajah Indonesia.

Memang pos lintas batas kita, di Entikong, sangat megah. Itu karena Gubernur Kalimantan Barat,  Cornelis (2008-2018), ketika itu, kawan-rapat dengan Jokowi. 


Sebelum meresmikan pos lintas batas di Kalbar, tiga pos lintas batas selain di Entikong ada di Badau dan Sambas. Terkucur dana pembangunan infrastruktur. Sebagai ujud dari Nawacita, yakni: Membangun Indonesia dari pinggiran.


Akan tetapi, masih perlu untuk ditingkatkan. Begitu masuk wilayah otorita Malaysia, jalan dua lajur. Halus. Mulus.


Baca Malaysia - Indonesia : Pigi Tengok Dan Berpusing-Pusing


Tidak pernah mendengar bunyi klakson di Kuching, seperti di Jakarta dan Pontianak. Tidak ada kendaraan saling mendahului satu sama lain. Rumah dan bangunan jauh dari badan jalan. Sampah tidak tampak mengotori. Rapi. Tertib. Yang lain?


Rumah dan gedung jarang ada yang tinggi sekali. Dalam hati, saya bertanya-tanya: Sama-sama Borneo. Mengapa bisa berbeda, dalam banyak hal?


Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong dan Tebedu


Apakah karena Sarawak-Malaysia dijajah dan dididik orang Inggris? Sementara kita oleh kompeni Hindia Belanda yang sangat pelit memberi alih-teknologi, dan mengekang majunya onderwijs (pendidikan) bagi pribumi? Atau karena faktor lain? Hanya hipotesis. Jawaban atas pertanyaan yang mengusik itu, dua, bahkan tiga saja.

  1. Wilayah Sarawak tidak seluas provinsi di Kalimantan. Juga penduduknya tidak sebanyak tetangga. Saya punya lada yang amat sangat luas di Kalbar. Sementara di Jakarta hanya beberapa pohon saja. Perhatian dan perawatannya, berbeda. Jadi, ngurus (orang) banyak dan sedikit itu, berbeda!
  2. Kalimantan-Indonesia, jauh dari pusat pemerintahan. Sedemikian rupa, sehingga ibarat anak jauh dari orang tua. Atau bisa juga diibaratkan bahwa Indonesia terlalu banyak anak, sehingga sulit membagi cinta dan perhatian.
  3. Sarawak Negara bagian. Berbeda dengan konsep otonomi daerah di Indonesia. Yang di satu pihak kepala dilepas, sedangkan di pihak lain, dipegang ekornya.


Lain-lainnya? 

Sudahlah tentu bahwa faktor pra dan post-kolonial turut mewarnai, atau jika terlalu berlebihan dikatakan demikian, maka "mewarnai" kedua negara satu pulau dan sama suku.


Sama tapi tak serupa, serupa tapi tak sama
Sama-sama orang asal Dayak, namun warga Sarawak dan Kalimantan Barat tak sebangun. Mengapa?


Perbedaan pengaruh kolonialisme Inggris di Sarawak, Malaysia, dan kompeni Hindia Belanda di Borneo bagian lainnya, seperti warga Dayak di Indonesia, memiliki dampak signifikan pada perkembangan sosial dan pola pikir kedua kelompok ini. Sejarah kolonialisme memberikan kontrast yang nyata dalam hal pendidikan, bahasa, kesadaran sosial, dan identitas budaya.


Baca Pemeluk Bahaii Komunitas Dayak Sarawak


Sarawak, Malaysia, sebagai bekas koloni Inggris, memiliki keunggulan dalam akses pendidikan yang lebih baik. Banyak warganya mendapatkan pendidikan di Inggris, memungkinkan mereka memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Ini berdampak positif pada kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan dunia internasional dan membuka pikiran mereka terhadap pandangan global.


Di sisi lain, warga Borneo yang dijajah oleh kompeni Hindia Belanda mungkin memiliki akses terbatas ke pendidikan formal, yang berdampak pada kemampuan bahasa mereka dan kesempatan pendidikan yang terbatas. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan berpartisipasi dalam isu-isu internasional.


Selain itu, warga Sarawak yang mendapatkan pendidikan di Inggris mungkin memiliki pandangan yang lebih luas tentang dunia dan lebih terbuka terhadap pengaruh luar. Mereka mungkin memiliki kesadaran sosial yang lebih tinggi dan pemahaman tentang isu-isu global. Sebaliknya, warga Borneo yang kurang terpengaruh oleh pendidikan Belanda mungkin memiliki kesadaran sosial yang lebih terbatas dan fokus pada masalah lokal.


Pengaruh kolonialisme juga memengaruhi identitas budaya. Warga Sarawak mungkin memiliki campuran budaya Inggris dan budaya Dayak mereka sendiri, menciptakan identitas yang lebih beragam. 


Di sisi lain, warga Borneo mungkin lebih cenderung mempertahankan tradisi dan identitas budaya yang lebih kental karena kurangnya pengaruh kolonialisme Belanda dalam hal pendidikan dan bahasa.


Baca Orang Perbatasan Pasti Tahu Makanan Lezat yang Satu Ini!


Perbedaan ini mencerminkan kompleksitas sejarah kolonialisme dan memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan sosial, budaya, dan ekonomi di kedua wilayah tersebut. Namun, perubahan selalu terjadi, dan banyak faktor lainnya juga memengaruhi perkembangan masyarakat di Sarawak, Malaysia, dan Borneo bagian lainnya. (Rangkaya Bada).

LihatTutupKomentar
Cancel