Potensi Modal Alam Wilayah Perbatasan Krayan menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB)

Krayan, SDA, kekayaan alam, Samuel Tipa Padan, Eghenter, Modal alam, Natural capital

Penampaka dari atas awan: alam dan kekayaan Krayan.

Adalah Cristina Eghenter, seorang pegiat lingkungan. Yang menyematkan "Organik intellectual" kepada Dr. Samuel ST Padan. Hal itu karena Doktor anak seorang guru, seorang Lundayeh ini. Secara generik, "dari dalam", berpikir dan berbuat nyata bagi  kualitas kehidupan dan masa depan suku bangsanya.

Adapun "organik", agaknya dari kata Yunani "organon", Latin: organicus. Berarti: susunan, tertata, terstruktur, terbangun dengan rapi alami. Khasanah dunia ilmu pengetahuan abad ke-15, yang dapat juga bermakna: membentuk suatu keseluruhan dengan susunan yang sistematis atau koordinasi bagian-bagiannya.

Sematan predikat itu disampaikan "Riman Bulan", nama panggilan orang Krayan kepada Doktor pekerja WWF yang sangat lekat di hati masyarakat adat Krayan. Ketika peluncuran, sekaligus bedah buku yang mengharu-biru, Sabtu 17/07-2021 secara virtual. Bersamaan dengan Pesta Budaya Aco Lundayeh yang diselenggarakan secara virtual.

Bagi Pembaca yang belum membaca buku "Om Wel", berikut saripatinya. Intisari pemikiran pria kelahiran Hari Valentine tahun1965 mengenai "Modal alam dalam konfigurasi pembentukan DOB Krayan".

Apa, dan bagaimana sebenarnya potensi Modal alam (Natural Capital) Krayan menjadi DOB? Patutkah diusulkan, setidak-tidaknya, didiskusikan?

Berbagai kajian yang sudah ada cenderung tidak menyentuh tentang modal alam (natural capital) yang ada pada daerah otonomi baru. Di mana, lebih memperhatikan kelengkapan administratif dan kuatnya aspirasi masyarakat dari bakal daerah otonom tersebut. Sementara, konsekuensi yang besar adalah pada potensi dan ketersediaan sumber daya yang dimilikinya.

 Sudah jamak terjadi, daerah otonom memaksimalkan eksplorasi dan eksploitasi modal alam (natural capital) yang dimiliki guna penunjang daya bertahan hidup bagi daerah otonom. Tentunya hal tersebut lebih berpeluang lagi karena sebagai daerah otonomi baru memerlukan stabilitasi sumber pendapatan asli daerah (PAD) guna menjamin eksistensinya.

Keaslian dan keasrian alam Dataran Tinggi Borneo, disangga kekayaan Taman Nasional Kayan Mentarang di jantung Dataran Tinggi Borneo (the hearts of Borneo) adalah Modal yang lebih dari cukup membentuk DOB Krayan.

Namun, di sisi lain. Sebagaimana ditunjukkan oleh hasil penulisan Leksono, et al. (2011), eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam (hutan) dapat menjadi sumber konflik, baik konflik antara masyarakat lokal dengan pemerintah, konflik dengan perusahaan yang memperoleh konsesi dalam pengusahaan sumber daya alam, konflik di dalam komunitas masyarakat lokal, maupun konflik antara satu komunitas dengan komunitas lainnya yang bertetangga.

Pentingnya modal alam dalam pembentukan daerah otonomi juga dibarengi dengan modal lainnya yaitu modal manusia (human capital), modal sosial (social capital), dan modal fisik (phisic capital).  Adapun yang dimaksud dengan:

 (1) modal manusia  merupakan sebuah bentuk modal, sebagaimana modal fisik dan teknologi. Modal manusia merupakan  dimensi kualitatif dari sumber daya manusia (human resource development). Dimensi yang dimaksud mengedepankan keahlian dan keterampilan, yang dimiliki oleh seseorang dan akan memengaruhi kemampuan produktif seseorang tersebut. Keahlian, keterampilan dan pengetahuan dapat ditingkatkan melalui proses pendidikan yang baik dan kondisi kesehatan yang terjaga;

 (2) modal sosial (social capital) yaitu memiliki peran penting dalam masyarakat sebagai sebuah aset sosial yang memungkinkan individu atau perorangan dan masyarakat beekrja secara lebih efisien. Secara umum menurut Iyer (2005) menyebutkan bahwa “modal sosial dapat dimaknai sebagai institusi, hubungan, sikap dan nilai yang memfasilitasi interaksi antar individu antar kelompok masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan melalui pembangunan ekonomi dan pembangunan masyarakat itu sendiri.”

 (3) Modal Fisik merupakan suatu bentuk modal yang hanya dilihat dari segi fisiknya saja. Dalam perkembangannya modal fisik ini tidak hanya dimaknai sebagai hal yang berwujud fisik, namun lebih mengarah pada bentuk nilai (value).

Oleh karena itu, penting untuk dilakukan kajian tentang keterkaitan antara modal alam (natural capital) calon daerah otonomi baru dengan rencana pembentukannya. Penulisan ini menekankan pada modal alam berupa sumber daya hutan dan ekosistem alam yang ada.

Pelangi di atas bumi Ba' Binuang, Krayan. Bukan hanya material, keindahan alami juga kekayaan.

Modal alam (natural capital) tersebut dipandang layak dijadikan sebagai salah satu faktor utama kelayakan pembentukan suatu daerah otonomi baru, karena dapat sangat mempengaruhi eksistensi ke depannya.

Ada dua hal yang menjadi kunci pemahaman atas modal alam (natural capital) ini, yaitu: pertama, ketersediaan modal alam (natural capital) yang cukup harus menjadi syarat kelayakan suatu daerah otonom disetujui.

Kedua, bahwa kelayakan kapasitas bakal daerah otonom tersebut untuk mengelola dan melestarikan modal alam (natural capital) yang dimiliki. Jika pembentukan daerah otonomi tersebut mempengaruhi atau menimbulkan kerusakan terhadap modal alam (natural capital), maka memungkinkan bahwa daerah otonomi baru tidak bisa dibentuk. Sebaliknya, jika mendukung kelestariannya, maka ada peluang untuk dibentuknya daerah otonomi baru.

Pemikiran di atas sangat menarik untuk diuji di lapangan. Buku ini berusaha untuk mendalami peranan modal alam (natural capital) dalam pembentukan daerah otonomi baru. Sebagai lokasi penulisannya adalah wilayah lima Kecamatan Krayan di daerah perbatasan Provinsi Kalimantan Utara dan wilayah Malaysia Timur.

Kecamatan Krayan memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar. Potensi utama secara ekonomi bertumpu pada kekuatan sumber daya alam, mulai pertanian, perkebunan dan hasil hutan. Sektor pertanian merupakan sektor unggulan Kecamatan Krayan, komuditas andalannya adalah Beras Adan.

Potensi panen menghasilkan pendapatan total lebih dari 375 milyar rupiah. Selain itu, ada Binamud yang juga merupakan produk pertanian unggul yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada musim panen, harga jual Binamud yang sudah dikupas atau digiling dari petani ke pengepul (asal Malaysia) mencapai 40 ringgit/gantang atau sekitar 12 ringgit perkilogram. Artinya, dalam sekali panen, para petani Krayan berpotensi memperoleh pendapatan sebesar 907.200 ringgit atau sekitar 3 milyar rupiah. Selain dua komoditas tersebut, terdapat pula komoditas lain seperti cengkeh, vanila, tebu, kopi, gaharu, durian, jeruk, duku, nanas, dan langsat yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi.

Modal Alam, buku yang mencelikkan. Cristina Eghenter, dan sang penulisnya Dr. Samuel Tipa Padan.

Daerah ini juga memiliki komoditi unik, yaitu garam gunung hasil dari pengolahan sumur air bergaram. Selain itu, potensi sumber daya kehutanan di Kecamatan Krayan sangat besar. Sebagian wilayah Krayan ini berupa Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) yang kaya dengan keanekaragaman hayati.

Keaslian alam yang berpadu dengan kearifan Suku Dayak dalam mengelola alam menjadi modal sosialbagi Krayan. Wilayah Krayan merupakan juga bagian dari program Heart of Borneo (HoB) atau Program Jantung Borneo yang meliputi wilayah Perbatasan Provinsi Kalbar-Kaltim-Kaltara dengan Sarawak-Brunai dan Sabah. *)

LihatTutupKomentar
Cancel