Long Pari :Desa Dekat Tanjung Selor yang belum Dijamah PLN dan Jaringan Telekomunikasi

Long Pari, Tanjung Selor, Kalimantan Utara, Perbatasan

Penampakan di Long Apari, Kalimantan Utara

Jaging Dungau, Kepala Desa Long Pari berseri-seri. Ugahari penampilannya. Namun, tutur katanya bernas, seperti padi. Capaian yang ditorehkan warga Desa Long Pari ini mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara. Mereka pun tak segan-segan meminta Gubernur dan Wakil Gubernur datang melihat langsung kondisi desa Long Pari.

Long Pari adalah salah satu desa di kecamatan Tanjung Palas Barat, Bulungan, Kalimantan Utara. Belum sekali pun dikunjungi Bupati. Apalagi, seorang gubernur.

“Sekiranya Pak Gubernur dan Wakil Gubernur dapat melihat hasil kerja keras kami dalam meningkatkan hasil panen padi gunung secara mandiri, alangkah sukacitanya,” terang Jigang. Maka warga pun melayangkan undangan ke KU-1 dan KU-2. Tak dinyana, undangan bersambut.

Maka pada pagi, 15 April 2021, dua speed boat KU-1 dan KU-2 meraung-raung mesinnya. Bertolak dari dermaga Tanjung Selor menyusur sungai Kayan yang berliku, menebar sejuta pesona eksotik alami,  menuju Long Pari.

Baca https://www.bordernews.id/2023/04/adalah-cristina-eghenter-seorang-pegiat.html

Saya, Pepih Nugraha, dan Dodi Mawardi --para pegiat literasi-- ada di dalam salah satu speed boat dinas Pemprov yang sebenarnya tak ubahnya kapal pesiar itu.  Sepanjang perjalanan menyusur sungai Kayan, mata kami tak lekang pada pemandangan. Sungguh, ini awal dari ekowisata sungai, yang pasti tak ada duanya. Tiba di Desa Long Pari, ekowisata sungai berkawin-mawin dengan wisata seni budaya. Klop! Potensi yang luar biasa. Dan Hanya ada di sini.

Ini kujungan pertama pemimpin puncak Kalimantan Utara ke desa yang berlum dijamah PLN dan jaringan telekomunikasi itu.

"Listrik di desa kami hanya menyala dari jam 6 sore sampai jam 10 malam saja. Begitu pula, akses jalan belum terhubung ke desa lain. Kami harap ini bisa jadi perhatian pemerintah," kata kepala desa, meminta dengan sungguh. Membuat Gubernur dan wakil Gubernur manggut-manggut.

"Long, dalam bahasa Kenyah, berarti: muara," terang sang kepala desa.

"Jadi, Long Pari berarti: muara Sungai Pari. Muara sungai  ini jatuh di badan sungai Kayan. Banyak di antara warga ini berasal dari hulu Sungai Kayan. Bahkan, ada dari Apau Kayan."

Baca https://www.bordernews.id/2023/04/lumbis-kepadamu-kutitipkan-perbatasan.html

Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltara dibawa ke Balai Pertemuan Umum (BPU) Desa Long Pari. setelah masuk, disuguhkan penampilan tari khas suku Dayak oleh anak-anak SMPN 02 Long Pari. Dirangkai pembacaan doa, ketua panitia pun setelah menyampaikan laporan,  dan sambutan-sambutan.

Sebagaimana halnya orang Dayak umumnya, Dayak Kenyah pun mengucap syukur usai pesta panen padi. Demikian pula, panen padi tahun 2020. Buahnya berlimpah. Ketahanan pangan masyarakat desa ini cukup memadai.

Saya, Pepih Nugraha, dan Dodi Mawardi --para pegiat literasi-- ada di dalam salah satu speed boat dinas Pemprov yang sebenarnya seperti kapal pesiar itu. Sepanjang perjalanan menyusur sungai Kayan, mata kami tak lekang pada pemandangan. Sungguh, ini awal dari ekowisata sungai, yang pasti tak ada duanya. Tiba di Desa Long Pari, ekowisata sungai berkawin-mawin dengan wisata seni budaya. Klop! Potensi yang luar biasa. Dan Hanya ada di sini.

"JIka bukan masa pendemi, pesta panen akan meriah. Kesenian dan budaya dipergelarkan dari kampung kampung. Ada tarian. Ada nyanyian. Ada pula pertunjukan, semacam adu ketangkasan khas Kenyah. Sayang sekali, karena pandemi, araca budaya tidak bisa ditampilkan."

Dlam kunjungan undangan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara ke Long Pari 15/04-2021, suasana keakraban tetap terlihat. Kedua pemimpin kebanggan Kaltara, begitu naik tangga dermaga ke daratan, disambut dengan upacara adat. Kedua pemimpin, mengenakan topi kebesaran khas Dayak.

Memasuki jalan, masyarakat berbaris panjang. Tampak pagar ayu, para gadis Kenyah, menghiasi. Menjadikan desa itu semakin semarak dengan suasana kegembiraan dan sukacita.

Baca https://www.bordernews.id/2023/04/keadaan-alam-dan-manusia-di-perbatasan.html

Gubernur dan wakil Gubernur Kaltara dipersilakan duduk di kereta kebesaran khas Dayak. Didesain khas seperti rumah Dayak. Lalu keduanya ditandu beramai-ramai ke balai pertemuan untuk suatu upacara.

Gubernur Zainal Paliwang menyambut acara dengan hangat. Ia memuji kreativitas warga. Tahun di muka, katanya, ia sendiri ingin ikut warga panen padi. Sementara Yansen TP, wakl Gubernur yang dulu pernah Camat Peso, menyatakan bahwa inilah adanya orang Dayak. Yang tidak bisa lepas dari padi, dari bertani, dari adat budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Bulan Ramadhan memang membuat yang menjalankannya menahan diri. Namun, bagi yang tidak menjalaninya, disediakan makanan khas Dayak dalam rangkaian pesta syukuran panen padi itu. ***

LihatTutupKomentar
Cancel