Kamus Lundayeh di Tangan Ganang

Ricky Yakub Ganang.

Orang Lun Dayeh di Indonesia (mayoritas di Kalimantan Utara) dan Lun Bawang (di Sarawak, Malaysia dan Brunei) boleh bangga. Sekaligus merasa terbantu. Mengapa? Sebab telah tersusun sebuah kamus Lun Dayeh.

Menyusun kamus bukanlah pekerjaan mudah. Selain menuntut pengetahuan dan keterampilan dwi-bahasa, juga wawasan yang luas serta pemahaman yang dalam. Namun, yang tidak semua orang bisa lakukan seperti semua penyusun kamus lakukan adalah: berkanjang sampai akhir.

Ke dalam segelintir manusia langka itu, nama Ricky Yakub Ganang dapat disenaraikan. Berkanjang duduk manis sepanjang hari, dalam masa rentang waktu sekian tahun, ia pada akhirnya bisa menuntaskan kamus  Lundayeh Dictionary: Lundayeh-English Dictionary.

Kamus ini diterbitkan oleh National Department for Culture and Arts, Ministry of Information, Communication and Culture, Malaysia, 2009 di bawah asistensi Profesor Jay Crain dan Vicky Pearson Rounds.  Terbit dalam edisi luks, dengan tulisan embos warna perak ini, tonggak penting bagi sejarah literasi Lundayeh Idi Lun Bawang.

Dengan tebal 386 halaman. Proses kreatif dan penerbitan kamus ini mengikuti kaidah ilmu linguistik. Tidak mengherankan, sebab keterampilan dan keahlian bidang linguistik memang menjadi ranah pria berkumis tipis nan ramah ini.

Kamus Lundayeh di Tangan Ganang jadi lain. Pasalnya, ia pernah studi formal tentang linguistik. Ganang juga tandem menulis buku bersama Dr. Yansen TP, Lundayeh Idi Lun Bawang (2018). Ia spesialis bagian syair-syair zaman baheula yang, di buku setebal hampir enam ratus halaman itu, tidak ada terjemahannya.

Pada 1975, Ganang selesai Diploma di Sandakan Teachers Learning Collage (Maktab Perguruan Sandakan, Sabah). Belajar ilmu politik pada University of Southern Illionis di Carbondale, Amerika Serikat, suatu kesempatan emas yang tidak dimiliki banyak orang. Karena itu, tercatat dalam sejarah sebagai manusia pertama Lundayeh yang menjejakkan kaki di negeri Paman Sam.

Ganang aktif di Sabah Lundayeh Social Cultural Society sejak 1979. Ia Sekretaris Jenderalpertama, kemudian dibaiat sebagai Presiden selama sembilan tahun. Banyak menulis artikel ilmiah di jurnal nasional dan internasional mengenai seni budaya Lundayeh, terutama mengenai “buaye”, syair-syair nenek moyang Lundayeh, juga mitos dan cerita rakyat.

Penasehat Persatuan Kebudayaan Lundayeh Sabah, Malaysia kerap melakukan kunjungan muhibah ke saudara-saudaranya Lundayeh di Kalimantan Indonesia, utamanya Malinau. Berkomunikasi yang dimengerti sesama Lundayeh, Ganang bagian utuh dari semua acara seni budaya Lundayeh Indonesia. Ia hadir dan aktif dalam kegiatan Aco Lundayeh dan Irau Malinau. Ganang penulis-rekan bersama Yansen TP, M.Si. buku berjudul Dayak Lun Dayeh Idi Lun Bawang.

Suku bangsa Dayak ini ditengarai populasinya tidak kurang dari 300.000 di dunia. Kaya dengan adat budaya, selain bahasa dan sumber daya alam. Baca https://www.bordernews.id/2023/04/nated-biung-adat-budaya-tradisi-manusia.html

Salah satu agenda kegiatan Aco Lundayeh 2018 yang diadakan di desa wisata Pulau Sapi hari ini, Selasa (10/07) adalah Fokus Gorup Diskusi (FGD) Bhineka Tunggal Ika yang dihadiri oleh beberapa perwakilan suku dayak yang ada di Kaltara seperti Dayak Kenyah, Kayan, Berusu, Tagol dan suku Dayak lainnya.

Buku ini mengupas sejarah Dayak Lundayeh yang memiliki keunikan budaya walaupun hidup terpisah tetapi tetap satu dalam budaya serumpun. Buku ini ditulis bersama Dr. Yansen TP, M.Si., yang dikenal sebagai birokrat tapi juga cendikiawan.*)

LihatTutupKomentar
Cancel