Rumah Panyai Orang Iban

Rumah panyae, Iban. Sungai Utik, Apai Janggut

Tampak pelataran muka rumah panyae Sungai Utik, Kapuas Hulu.

Malam mulai menelan siang. Angin meniup daun-daun tapang sehingga bergoyang. Di luar, sisa dingin tertinggal oleh cuaca yang muram.

Deret bilik rumah panjang berjajar kaku di antara pohon-pohon yang angkuh dan hijau batang pinang. Bunga-bunga mandik mala meriap, dan lampu damar bersinar sepanjang malam. Seakan tugur sekalian jaga untuk para bidadari yang tidur pulas di rumah sepan.

Baca https://www.bordernews.id/2023/04/blog-post.html

Kumang, sebagaimana biasa gadis remaja Iban di masa lalu, di-umbung (dipingit) di rumah sepan, sampai ia mengenal laki-laki. Sinar damar yang pancar sinarnya samar berpecikan, sepintas terang kemudian hilang, seperti lampu terang di pohon cemara.

“Kumang adalah dewi khayangan, Sinta-nya suku bansa Iban,” Apai Janggut melanjutkan kisahnya. Sinar bulan yang keemasan masuk ke dalam bilik lewat celah-celah dinding rumah yang terbuat dari kulit kayu.

Baca https://www.bordernews.id/2023/04/jessica-alba-perempuan-iban-di-film.html

Orang Iban, kisah nenek, mengenal tiga rumah. Yakni rumah sepan, rumah punjung, dan rumah bulai. Kumang tinggal di rumah sepan, di ketinggian kaki bukit. Keling di rumah punjung, yang letaknya strategis, tidak dekat pantai (tepi sungai), tidak di kaki bukit. Namun, rumah bulai yang dibangun tepi-tepi sungai dihuni pendatang.

Rumah panjang kaum Ibanik ada tujuh bagian:
1) bilek yang ditinggali atau dihuni oleh anggota inti sebuah keluarga dan di dalam bilek itu ada dua bagian yakni bawah (untuk anak-anak) dan atas (untuk orang tua),
2) sadau tempatnya di atas bilek tempat penyimpanan peralatan rumah tangga seperti tikar, bakul, parang, dan peralatan keluarga;
3) los atau ruai yaitu tem¬pat terbuka yang dipisahkan oleh tiang bumbung,

4) tanju yakni bagian luar ruai yang dibangun tanpa bumbung digunakan un¬tuk menjemur hasil pertanian, termasuk getah dan damar,
5) dapur yang di dekatnya disalai/dihangatkan kepala musuh ha¬sil kayauan yang disebut “antu pala” (piala kepala),
6) padong yakni semacam kursi malas tempat bermalas-malasan, santai, sekaligus juga untuk tidur,dan

7) tempuan atau koridor.

Anak-anak dari orang tua yang tinggal di bilek sama, ketika sudah dewasa dan membina rumah tangga baru, masih tinggal serumah dengan orang tuanya. Namun, wajib membangun bilek di bagian belakang. Demikian seterusnya, sehingga makin banyak anak yang membangun keluarga baru, semakin banyak pula jumlah bilek dan semakin menambah panjang ke belakang rumah panjai yang tidak tampak dari depan.

Pada tiap bilik yang panjang dan lebarnya enam meter, tikar-tikar yang dihampar sudah digulung semua lalu dibawa ke tempat penyimpanan, dekat dengan pelaboh, yang diberi nama “sadau”.

Sebagaimana rumah betang pada masa itu, rumah sepan terdiri atas bilik-bilik. Meski sebetang, bukan berarti warga boleh keluar masuk bilik satu sama lain. Ada tata aturannya. Tiap bilik mempunyai privacy sendiri-sendiri.

Warga hidup bersama, seia sekata, senasib dan sepenanggungan. Segala barang dan harta benda untuk kepentingan bersama, namun bukan milik bersama. Meski demikian, tetap ada wilayah pribadi yang tidak boleh dicampuri.

Saya, Apai Janggut, dan Aco.

Salah satu yang privacy itu adalah ruangan utama untuk tidur. Dibagi menjadi dua, yakni bilik baruih dan bilik atuih. Yang pertama berada di lantai dasar, sedangkan yang kedua ada di atas. Anak-anak tidur di baruih, sedangkan orang tua di atuih.

Memasuki bilik anak gadis, dianggap sebagai ngayap. Dan siapa pun yang kedapatan ngayap, akan dibawa ke sidang orang tua, selanjutnya ke tuai rumah, dijodohkan, dan dipestaadatkan.

Tak ada bilik khusus disediakan untuk tidur tamu. Ruang los, atau ruai pada salah satu pojok, biasanya dihampar tikar. Lalu di atasnya digantung kelambu.

***

MALAM kian telanjang. Membenamkan diri dalam keheningan. Suara burung ketupung di kejauhan terdengar samar. Purnama seperti enggan menghampiri.

Hanya sinar dian menerangi kami di bilik itu. Tuak tinggal sisa dalam teko. Sekali tuang, cawan kami pun tak sampai separuhnya. Setelah diteguk, selesai sudah.

Kami masuk bilik masing-masing. Di dalamnya, pulau kapuk menanti. Dalam sejenak, kami terbuai sejuta mimpi.

Alamat: Rumah Pajang ini:
Sungai Utik, Batu Lintang
Kecamatan Embaloh Hulu
Kabupaten Kapuas Hulu.

LihatTutupKomentar
Cancel