Elang, bukan Ayam

elang, ayam, elang bukan ayam, fiksi

Di sebuah negeri antah berantah....

Seorang petani memelihara ayam di kandang belakang rumahnya. Ia juga memelihara seekor ayam mungil yang ditemukannya di hutan. Ia mencampur kedua unggas itu sekandang. Walau serupa, ayam mungil ini tampak aneh di antara bangsa ayam yang lain.
Walau aneh, anak ayam ini tidak kesulitan hidup di antara hewan berbulu dan bersayap sesama unggas dalam satu kandang. Tapi ia tetaplah seekor ayam sebab sehari-hari bergaul dan bertindak seperti ayam juga. Ia makan makanan ayam. Belajar mengais dengan cekernya.Mematuk makanan seperti ayam juga. Bahkan belajar berkokok. Dan dalam sekejap, ia bisa.
Si mungil juga sama seperti ayam-ayam yang lain. Tak pernah tahu jika di luar begitu luas dan bebas. Juga banyak makanan yang jauh lebih lezat dibanding yang disajikan di kandang. Ia tidak tahu bahwa ada langit biru di atas atap. Ia pun tak pernah merasa kehangatan sinar surya karena tak pernah tembus masuk bilik kandang.
Hingga suatu hari. Datang seorang bijak bestari. Ia berkata kepada petani,“Hei, si mungil itu bukan ayam. Ia elang.”
Maka jawab si petani, “Eh, eh, bukan, bukan, bukan, kawan. Itu memang ayam. Hanya kelakuannya seperti anak ayam.”
Orang bijak tadi mohon dengan santun, "Maaf, sudikah si mungil itu kau berikan pada saya?"
"Untuk apa?"
"Saya kembalikan dia ke habitatnya. Dia akan jadi makhluk di atas ayam, karena dia elang."
Dan si petani memberikan si mungil pada orang yang berpengetahuan itu.
Si bijak lalu mengambil anak ayam yang tampak aneh tadi. Ia membawanya mendaki bukit, menunggu hingga matahari terbit. Kemudian, meletakkan anak ayam yang aneh itu ke arah matahari seraya berkata, “Terbanglah ke angkasa raya! Sebab potensimu melampaui ayam.”
Anak ayam itu terkejut. Serta merta merentangkan kedua sayapnya. Dikepakkan. Lalu terbang setinggi tingginya. Menembus langit biru hingga jauh.
sumber ilustrasi: Istimewa


Demikian pula seorang bijak bestari suatu ketika berkata kepada kita, "Kamu bukan ayam. Kamu elang. Kepakkan sayapmu, elang, terbanglah!"
Dan Tuhan ingin agar kita membangunkan diri sendiri, merentang dan mengepakkan sayap-sayap kita. Lalu terbang dan membubung tinggi, tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri, baik, dan indah.
Bangkit menuju belas kasih, lemah lembut, lagi peduli pada sesama makhluk hidup. Bangkit jadi apa yang Tuhan inginkan: elang, bukan ayam. Gali potensi, kembangkan talenta. Itulah tanggung jawab kita sebagai manusia.
Kadang kita butuh orang bijak yang mencelikkan, sekaligus mengingatkan bahwa kita bukan ayam.
***
Jika terkurung kebebasan, dan kreativitasmu mati oleh orang-orang sekitarmu yang negatif. Maka kamu ayam, bukan elang. Terceliklah! Kamu elang, bukan ayam!
Kepakkan sayapmu! Terbanglah! Melanglang buana!
LihatTutupKomentar
Cancel