Metode Penelitian FOLKLOR untuk Menulis Sejarah Masyarakat Adat

adat, Dayak, perbatasan, Krayan, folkor


Metode Penelitian FOLKLOR

Oleh Masri Sareb Putra

Penulis senior, angkatan 2000 dalam sastra Indonesia

Dalam waktu dekat ini, kami diundang oleh para kepala adat/ kepala desa di suatu wilayah adat Kalimantan Utara. Intinya kegiatan literasi. Namun, tujuannya agar semua pemangku kepentingan, termasuk pemangku dan pewaris sah tanah-adat di sana, mafhum mengenai sejarah sosial suatu kaum. Yang kadang disebut "masyarakat adat". Sebab salah satu pengakuan masyarakat adat adalah adanya narasi, sejarah sosial suatu komunitas.

Narasi itu menyangkut legenda, mitos, dongeng serta peristiwa sejarah dan perubahan sosial suatu kaum yang bersangkutan. Yang menunjukkan, sekaligus membuktikan, bahwa masyatakat-adat telah ada di sini dan di tempat ini sebelum adanya sejarah.

Metode Penelitian FOLKLOR
METODE PENELITIAN FOLKLOR: Saya menuliskan hasil wawancara mendalam (in depth interview) Folklor manusia Krayan dengan narasumber tepercaya: Ramli Paren, Ia seorang tetua etnis Lengilo' dari Krayan.

Sebelum ini, kami bersama Dr. Yansen TP telah meneliti dengan saksama dalam tempo yang bukan sesingkat-singkatnya. Kami mendatangi, bahkan mengumpulkan para tetua. Mereka yang masih punya memori mengenai sejarah, legenda, dan mitos manusia Sungai Krayan, di Kabupaten Nunukan. 
Hasil penelitian itu telah pun menjadi buku setebal 320 halaman. Berjudul Sejarah Peradaban Manusia Sungai Krayan, diterbitkan Lembaga Literasi Dayak. Namun, ternyata, masih banyak novi. Suatu terra incognita yang belum dijamah. 
Di pihak lain, masyarakat di sana memerlukan sejarah sosial suatu komunitas. Muncul kesadaran mengenai sejarah, yang bukan saja pesan dari masa silam, melainkan juga sinar kebenaran. 

Juni 2019. Selama kurang lebih sebulan saya, bersama Dr. Yansen TP, berada di dataran tinggi Borneo, Krayan Tengah. Kami melakukan penelitian lapangan (field study) lokus bersejarah, jejak peradaban manusia Sungai Krayan.

Meneliti folklor suatu klan, sunguh menarik. Mengapa? Sebab dari mitos, dongeng, dan legenda; diketahui narasi suatu klan/ komunitas terbentuk. Bahwa mereka berasal dari itu dan ini, dari keturunan orang sakti, dan memiliki kawasan hutan nirbatas, sejauh mata memandang.

Demikianlah dari mitos dan legenda manusia Krayan diketahui bahwa kisah Penciptaan manusia ala penduduk lokal telah ada sejak zaman semula jadi. Diturunkan dari generasi ke generasi. Kami sampai pada kesimpulan: Penduduk asli tidak dari mana pun juga. Telah ada di sini, dan di tempat ini. Terbukti dari Folklornya.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang punya cerita besar. Bangsa Yunani, Cina, India misalnya. Oleh sebab itu, kita perlu riset cerita kita, mitos suku bangsa. Kata Yansen, "Kapan lagi kalau bukan sekarang. Siapa lagi, kalau bukan kita?"

Benar juga kata Yansen. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, bila lagi?

Baiklah! Just do it! Saya mendapatkan ilmu metode penelitian Folklor dari Prof. James Danandjaja. Lalu saya gunakan di berbagai kesempatan, termasuk pelatihan guru-guru yang diadakan Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud.

3- 6 Juni 2019, selama 3 hari suntuk saya bersama Ramli Paren berada di suatu "pengasingan". Ia seorang tetua etnis Lengilo' di Krayan merekonstruksi folklor --wiracerita, fabel, dongeng, legenda, dan mitos manusia Krayan. Tanpa terasa, ada 10 cerita sudah kami gali, semuanya saya rekam, dan telah ditulis 5 cerita.

Khasanah kekayaan seni budaya itu niscaya akan sirna, manakala tidak ada inisiatif serta support dari Dr. Yansen TP yang memfasilitasi kami.

Sebuah langkah kecil anak manusia. Namun, langkah raksasa bagi peradaban manusia Krayan. Seperti temuan David McClelland, bahwa Folklor suatu bangsa itu adalah cermin masyarakatnya.
Folklor Krayan yang sudah berhasil kami gali dan rekonstruksi:
1. Legenda Asal Mula Sungai-sungai di Krayan
2. Dayang Pelawal dan Legenda Batu Sicien
3. Air Bah
4. Hantu Bui
5. Legenda Batu Belad
6. Bileng Lemdin
7. Padan Liyu Burung
8. Legenda Batu Puel
9. Legenda Asal Muasal Nama Gunung-gunung di Krayan
10. Asal Mula Garam Krayan

Kiranya baiklah di sini saya singkap 3 saja langkah metode penelitian Folklor:
1) Setia pada pakem menyangkut: tokoh, peristiwa, dan setting (tempat dan waktu).
2) Adakan perbandingan dengan kisahan serupa.
3) Adakah di dalamnya terkandung nilai2, atau dalam bahasa McClelland, the Need fot Achievement (N-Ach), sebagai penciri bahwa kisahan itu bermutu?

DITULISKAN. Bagian yang kurang saya pahami, saya minta dituliskan, untuk mengurangi bias dari si penulis. Waktu wawancara berlangsung, karena noise, bisa saja kita salah menangkap maksud narasumber.

Berdasar kepada pengalaman, dan sejumput pengetahuan ihwal topik Folklor, saya akan menulis & menerbitkan buku panduan seperti judul beranda ini. Ternyata, oh ternyata... Di luar sana buanyaaak sekali yang memerlukannya. Puji Tuhan! Semoga diberi usia panjang dan kesehatan prima.

LihatTutupKomentar
Cancel